TRADISI sedekah laut yang digelar oleh nelayan dan warga Desa Rowo Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen berlangsung meriah, Jumat (2/1). Ritual tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa persisnya hari Jumat atau Selasa Kliwon itu dilakukan dengan melarung sesaji ke laut selatan.
Sesaji yang dilarung ke laut berupa seekor kambing yang disisakan daging dan kepala dengan dibungkus kain putih, kembang setaman, tumpeng tolak, tujuh macam pisang, tujuh macam buah, ageman sak pengadek, serta alat kecantikan perempuan itu ditempatkan sebuah wadah yang disebut. Setelah arak mengelilingi desa, sesaji itu dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rowo.
Ombak besar yang mencapai lima meter di pantai selatan cukup menganggu kelancaran prosesi larung sesaji. Perahu yang membawa sesaji itu beberapa kali gagak masuk ke laut karena dihadang gelombang tinggi. Setelah 20 menit mencoba menerobos gelombong itu, akhirnya sesaji tersebut bisa dilarung di laut.
Dari TPI sesaji itu dibawa menyusuri Sungai Wawar ke pantai Seletan yang berjarak sekitar tiga kilometer. Sekitar 30 perahu ditumpangi oleh nelayan dan keluarganya. Selain para sesepuh desa, ikut pula dalam perahu jajaran Muspika Kecamatan Mirit. Sesampainya di pantai, kumpulan sesaji yang oleh warga setempat disebut juren itu kemudian dilarung ke tengah lautan.
Sebelumnya, sesepuh nelayan Wongso Wijoyo (61) melakukan ritual. Ritual dilakukan dengan membaca doa dengan disertai membakar kemenyan dan menaburkan bunga ke pantai. Larung sesaji disaksikan oleh ribuan warga di Kecamatan Mirit dan sekitarnya. Mereka tumpah ruwah memadati lokasi pantai untuk melihat dari dekat prosesi larungan sesaji. Ada yang datang menggunakan kendaraan bermotor, namun adapula yang hanya dengan berjalan kaki.
Wongso Wijoyo mengatakan, ritual sedekah laut merupakan tradisi yang setiap tahun dilakukan. Ritual itu dilakukan sebagai simbol ucapan syukur kepada Tuhan karena telah memberi rejeki selama setahun yang lalu. Namun demikian sebagian nelayan masih ada yang menyakini, sesaji merupakan bentuk penghormatan kepada penguasa laut selatan.
Aneka sesaji yang dilarung adalah barang yang diyakini sebagai kesukaan ratu kidul. Ageman yang terdiri dari pakaian batik, konde, serta alat rias kecantikan adalah barang kesukaan ratu laut kidul. "Kami juga berdoa agar dalam mencari rejeki di laut selama setahun ke depan kami mendapat berkah dan lancar dalam mencari ikan," ujar Wongso Wijoyo, di sela-sela ritual.
Kepala Desa Rowo Sarno, menambahkan selama setahun terakhir, hasil tangkapan ikan para nelayan mengalami penurunan. Selain adanya gelombang besar, saat melaut pun sepi tangkapan. Untuk itu, mereka berdoa agar selama setahun kedepan para nelayan yang kehidupannya menggantungkan kondisi alam itu diberikan kemudahan dalam mencari ikan.
Dalam rangkaian sedekah laiut tersebut juga digelar kenduren dilanjutkan hiburan orgen tunggal. Pada malam harinya digelar pergelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Basuki Indro Prayitno yang membedah lakon Dasamuka Ngraman.
"Tradisi sedekah laut dapat dijadikan aset wisata desa yang dapat menunjang pantai Rowo menjadi objek wisata. Ke depan kegiatan itu dikembangkan menjadi wisata budaya mendukung wisata alam pantai," kata Camat Mirit Irfani SSos
Sumber: Tulisan Ondo Supriyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar